Senin, 13 Juni 2011

prolaksus tali pusat

PROLAPSUS TALI PUSAT

A.    DEFENISI
Prolaps tali pusat adalah kejadian dimana di samping atau melewati  bagian terendah janin di dalam jalan lahir setelah ketuban pecah. Terhentinya aliran darah yang melewati tali pusat dapat berakibat fatal karena terkait dengan oksigenasi janin.

B.     Etiologi
Faktor predisposisi prolaps tali pusat terjadi akibat gangguan adaptasi bagian bawah janin terhadap panggul, sehingga pintu atas panggul tidak tertutup oleh bagian bawah  janin tersebut.
Sering ditemukan pada kasus-kasus :
-     Presentasi bokong kaki
-     Posisi melintang
-     Letak sungsang
-     Kehamilan prematur
-     Hidramnion
-     Janin kembar
-     Janin terlalu kecil   

C.     Patofisiologi/WOC
Beberapa etiologi yang dapat menyebabkan prolapsus tali pusat diantaranya adalah kehamilan kembar, hidroamnion, kehamilan prematur, janin terlalu kecil, kelainan presentasi dan plasenta previa.
Kehamilan kembar akan mengalami hidramnion, dimana cairan ketuban banyak dan inilah yang menyebabkan janin dapat bergerak lebih leluasa dalam rahim. Dan keadaan ini dapat mengakibatkan kelainan presentasi (letak sungsang, lintang, presentasi kepala).
Sedangkan pada kehamilan prematur selain terjadi hidramnion juga terjadi ukuran janin yang kecil karena usia gestasi yang masih muda sehingga janinnya memiliki ukuran kepala yang kecil. Pada plasenta previa, plasenta akan mendekati atau menutup jalan lahir. Semua keadaan tersebut akan menyebabkan janin sulit beradaptasi terhadap panggul ibu,sehingga PAP tidak tertutupi oleh bagian bawah janin, dan inilah yang mengakibatkan  tali pusat bergeser atau turun dari tempatnya sehingga terjadilah prolapsus tali pusat.
Prolapsus tali pusat akan mengakibatkan tali pusat terjepit antara bagian terendah janin dan jalan lahir sehingga sirkulasi janin akan terganggu dan ini mengakibatkan terjadi hipoksia fetal dan bila berlanjut dapat mengakibatkan  fetal distress yang ditandai dengan melemahnya DJJ. Bila eadaan ini terus berlangsung dapat mengakibatkan terjadinya kematian pada janin. Tapi bila dapat ditangani maka janin tetap hidup, ini ditandai dengan adanya teraba denyutan pada tali pusat.

D.    Manifestasi Klinis
Prolaps dapat lengkap, dimana  tali pusat terlihat saat pembukaan vagina. Dapat pula tidak dapat terlihat tetapi dapat dipalpasi saat pemeriksaan vagina yang berdenyut seirama dengan jantung janin. Prolaps dapat dicurigai dari perubahan denyut janin, seperti bradikardi
Adanya tali pusat menumbung atau tali pusat terdepan pada umumnya baru dapat diketahui dengan pemeriksaan dalam setelah pembukaan ostium uteri. Pada tali pusat terdepan, dapat diraba bagian yang berdenyut di belakang selaput ketuban, sedangkan prolapsus tali pusat dapat diraba dengan dua jari . Tali pusat yang berdenyut menandakan bahwa janin masih hidup. Karena diagnosis pada umumnya dapat dibuat berdasarkan pemeriksaan dalam maka pemeriksaan dalam mutlak harus dilakukan pada saat ketuban pecah. Bila bagian terendah janin belum masuk ke dalam rongga panggul. Pemeriksaan dalam perlu dilakukan apabila terjadi keterlambatan denyut jantung janin tanpa adanya sebab yang jelas

E.     Komplikasi
Pada presentasi kepala, prolapsus funikuli sangat berbahaya bagi janin, karena setiap saat tali pusat dapat terjepit antara bagian terendah janin dengan jalan lahir dengan akibat gangguan oksigensi janin. Pada tali pusat terdepan, sebelum ketuban pecah, ancaman terhadap janin tidak seberapa besar, tetapi setelah ketuban pecah bahaya kematian janin sangat besar. Myles melaporkan hasil penelitiannya dalam perpustakaan dunia, bahwa angka kejadian berkisar antara 9,3-0,6% persalinan.
Sedangkan pada ibu karena terjadi  prolapsus maka dilakukan seksio atau persalinan normal yang dapat menimbulkan terjadinya trauma jaringan dan leserasi pada vagina servik

F.      Manajemen Terapeutik
Panduan praktis untuk menangani prolapsus tali pusat :

Tali pusat berdenyut

Jika tali pusat berdenyut berarti janin masih hidup.
·         Beri oksigen 4-6 liter/menit melalui masker atau kanula nasal.
·         Posisi ibu trendelenburg.
·         Diagnosis tahapan persalinan melalui pemeriksaan dalam segera.
·         Jika ibu pada persalinan kala I :
-          dengan sarung tangan disinfeksi tingkat tinggi (DTT) masukan
tangan dalam vagina dan bagian terndah janin segera didorong keatas sehingga tahapan tali pusat dapat dikurangi.
-          Jika bagian terbawah janin telah terpegang dengan kuat diatas ronggal pangul, keluarkan tangan dari vagina letakan tangan tetap diatas abdomen sampai dilakukab seksio sesarea.
-          Jika tersedia berikan salbutamol 0,5 mg IV, secara perlahan untuk mengurangi kontaraksi rahim.
-          Segera lakukan sesio sesarea.
·         Jika ibu pada persalinan kala II :
-          Pada presentasi kepala lakukan segera persalinan dengan ektrasi vakum atau ektraksi cunam / forceps.
-          Jika presentasi bokong / sungsang lakukan ektradisi bokong atau kaki dan gunakan forsep piper atau panjang untuk melahirkan kepala yang menyusul.
-          Jika letak lintang, siapkan segera seksio sesarea.
-          Siapkan segera resuitasi neonatus.

Tali pusat tak berdenyut
Jika tali pusat tak berdenyut berarti janin telah meninggal. Keadaan ini sudah tidak merupakan tindakan darurat lagi dan lahirkan bayi sealamiah mungkin tanpa mencederai ibu. Pergunakan waktu untuk memeriksa konseling pada ibu dan keluarganya tentang apa yang terjadi dan tindakan apa yang akan dilakukan. Diharapkan persalinan dapat berlangsung spontan pervaginam.



RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN PROLAPS TALI PUSAT

1. PENGKAJIAN

Ketika kondisi menunjukan adanya prolaps tali pusat, pemeriksaan vagina yang sering dan perhatian yang ketat  terhadap perubahan denyut jantung janin dapat merupakan pengkajian awal. Pemeriksaan rutin yang penting dilakukan setelah ruptur pada membran adalah mendengar dan melaporkan denyut jantung janin sendiri mungkin setelah ruptur uteri dan diulangi dalam 10-15 menit untuk mendeteksi melemah atau tidak teraturnya irama jantung ketika terjadi prolaps tali pusat.
Aktivitas atau istirahat
Melaporkan keletihan kurang energi letargi dan penurunan penampilan.

Sirkulasi

Tekanan darah ibu meningkat, dapat terjadi hipoksi pada janin karena kurangnya sirkulasi dari ibu ketali pusat.
Eliminasi
            Distensi usus dan kandung kemih mungkin ada

Integritas ego

            Kontaksi melemah, dengan intensitas lemah sampai sedang
Keamanan
1.      Pemeriksaan vagina dilakukan untuk menentukan posisi dari tali pusat
2.      Kaji adanya kelainan pada jalan lahir atau janin seperti panggul yang sempit, letak  lintang, letak  sunsang, polihidramnion, janin kembar, janin yang terlalu kecil
Seksualitas
1.      Dapat  primigravida atau multipara
2.      Uterus  dapat distensi berlebihan karena hidramnion, gestasi multiple, janin yang besar atau grand multpara

Pemeriksan diagnostik

  1. Tes prenatal dapat memasukan polihidramnion, janin besar atau gestasi multipara
  2. Pemeriksaan vagina  menunjukkan perubahan posisi tali pusat
  3. Fundoskop digunakan untuk mendeteksi denyut  jantung janin atau monotoring DJJ
  4. Ultrasound atau pelvimetri sinar x, mengevaluasi arsitektur pelvis, presentasi janin, posisi dan formasi

Prioritas keperawatan

  1. Mengidentifikasi dan mengatasi letak  tali pusat abnormal
  2. Lakukan reposisi tali pusat atau sectio caseria jika diperlukan
  3. Memantau perubahan denyut janin dan respon fisik maternal atau janin terhadap kontraksi dan lamanya persalinan
  4. Memberikan dukungan emosional dan mencegah komplikasi

2. DIAGNOSA KEPERAWATAN

  1. Kerusakan pertukaran gas b.d aliran darah ke plasenta atau melalui tali pusat (prolapsi)
  2. Ketakutan ; kecemasan b.d krisis situasi, ancaman yang dirasakan pada klien atau janin, penyimpangan yang tidak diantisipasi dari harapan
  3. Resiko cidera terhadap janin b.d hipoksia janin dan abnormalitas pelvis ibu
  4. Koping individu tidak efektif b.d komplikasi persalinan
  5. Resiko infeksi b.d prosedur invasive

3. INTERVENSI KEPERAWATAN
Diagnosa I    :  Kerusakan pertukaran gas b.d perubahan aliran darah ke plasenta atau melalui tali pusat (prolaps)
Kemungkinan dibuktikan dengan   :  Perubahan DJJ (DJJ melemah), ditemukannya tali pusat alam posisi abnormal pada pemeriksaan vagina
Tujuan yang diharapkan     :  Menunjukkan DJJ dalam batas normal, menaifestasikan variabilitis pada strip pemantau, bebas dari deselerasi lambat dan menunjukkan perilaku yang meningkatkan keamanan janin


IINTERVENSI
Rasional
·         Perhatikan maturitas janin berdasarkan riwayat klien, dan pengukuran uterus
·         Lakukan meniver Leapold dan pemeriksaan vagina, steril, perhatikan presentasi dan posisi janin.
·         Posisikan klien telentang dengan bagian kepala ibu lebih rendah dari panggul ibu yang ditopang dengan bantal
·         Perhatikan adanya pada pada ibu faktor-faktor yang secara negatif mempengaruhi sirkulasi plasenta dan oksigenasi janin
·         Gunakan EFM (electronic fatal monitoring) 15-20 mnt sebelum prosedur induksi
·         Lanjutkan pemantauan DJJ, perhatikan perubahan denyut per denyut deselrasi selama dan setelah kontraksi

·         Perhatikan adanya variabel deselarasi, perubahan posisi klien dari sisi ke sisi

·         Perhatikan warna dan jumlah cairan amnion bila pecah ketuban pecah


·         Kaji reaksi DJJ terhadap kontruksi, perhatikan bradikardi atau deselerasi lambat

·        Auskultasi jantung janin bila pecah ketuban


·         Pantau respon jantung janin untuk obat pra operasi atau anastesi regional
·      Usia gestasi janin harus 36 minggu atau lebih untuk dilakukan induksi persalinan

·      Menentukan kelainan pada letak jantung apakah presentasi verteks, presentasi bokong dll
·      Membantu mendapatkan strip pemantauan janin eksternal adekuat untuk mengevaluasi pola kontraksi dan irama jantung janin
·      Penurunan volume sirkulasi atau vasospasme dalam plasenta menurunkan ketersediaan oksigen untuk ambilan janin

·      Menentukan kesejahteraan janin dan memberikan pengkajian dasar DJJ dan aktivitas uterus
·      Distress janin dapat terjadi karena hipoksia mungkin dimanifestasikan dengan penurunan viabilitas, deselerasi lambat, dan takikardia yang diikuti dengan bradikardai
·      Kompres tali pusat diantara jalan lahir dan bagian presentasi dapat dihilangkan dengan perubahan posisi
·        Distress janin pada presentasi verteks dimanifestasikan dengan kandungan mekonium yang merupakan akibat dari respon vagal pada hipoksia
·        Pengkajian yang tepat perlu dilakukan untuk mencegah terjadinya hipoksia. Rentang normal DJJ adalah 120-160 dpm
·       Prolaps terlihat atau samar dari tali pusat pada tidak adanya dilatasi  servik penuh dapat memerlukan kelahiran sesaria
·      Narkotik biasanya menurunkan variabilitas DJJ dan memerlukan pemberian naloksoa (narcan) setelah melahirkan untuk memperbaiki depresi pernafasan narkotik. Hipotensi maternal pada respon terhadap Anastasia secara umum menyebabkan bradikardi janin sementara, menurunkan variabilitas dan tidur




Diagnosa 2       :     Ketakutan ; kecemasan b.d krisis situasi, anacaman yang dirasakan pada klien/janin, penyimpangan yang tidak diantisipasi dari harapan
Tujuan              :     Ansietas pada klien dapat teratasi
Kriteria Hasil    :     Perubahan DJJ (DJJ melemah), ditemukannya tali pusat alam posisi abnormal pada pemeriksaan vagina
Tujuan yang diharapkan  :  Klien dapat menggunakan sistem pendukung secara efektif
                                            Melaporkan ansietas berkurang dan atau teratasi
                                            Klien tampak rileks
                                            Menyelesaikan persalinan denagn sukses

INTERVENSI

RASIONAL

MANDIRI

·         Kaji status psikologis dan emosional




·         Anjurkan pengungkapan perasaan



·         Gunakan terminologis positif ; hindari penggunaan istilah yang menandakan abnormalitas prosesdur atau proses
·         Dengarkan keterangan klien yang dapat menandakan kehilangan harga diri


·        Berikan kesempatan pada klien untuk memberi masukan pada proses pengambilan keputusan
·         Anjurkan penggunaan atau kontinuitas teknik pernafasan dan latihan relaksasi

·      Adanya gangguan kemajuan normal dari persalinan dapat memperberat perasaan ansietas  dan kegagalan. Perasaan ini dapat mengganggu kerja sama klien dan menghalangi proses induksi
·      Klien mungkin takut atau tidak memahami dengan jelas kebutuhan terhadap induksi persalinan. Rasa gagal karena tidak mampu melahirkan secara alamiah dapat terjadi
·       Membantu klien pasangan menerima situasi tanpa menuduh diri sendiri

·       Klien dapat  meyakinkan bahwa adanya intervensi untuk membantu proses persalinan adalah refleksi negatif pada kemampuan dirinya sendiri
·       Meningkatkan rasa kontrol klien meskipun kebanyakan dari apa yang telah terjadi diluar kontrolnya
·      Menurunkan ansietas, memungkinkan klien untuk berpartisipasi secara aktif